MEN [KOTA] AN - EPS. 1 - KLAIM RUANG
Kota adalah ladang harapan bagi setiap orang, mereka menjemput mimpi dan hidup untuk masa lalu, sekarang, dan masa mendatang. Kota yang selalu beraktivitas dan berkembang, menuntut pada proses hidup yang dinamis. Proses yang mengharuskan mereka bekerja dari siang hingga malam. Kota menghadirkan cahaya di malam hari, tempat berteduh untuk menghindari ketidakpastian. Ketidakpastian ini berhubungan dengan ketakutan atas fenomena cuaca, bencana alam, hingga kejahatan sosial. Mereka akan membangun pertahanannya dengan berbagai ukuran dan segala material yang kuat. Hal ini memberikan strata sosial dan budaya yang secara tidak sadar mempengaruhi tata berperilaku dan cara berinteraksi diantara penghuninya.
Kota adalah tempat berkumpul dan berinteraksi, dengan segala keragaman latar belakang penghuninya. Kota adalah tempat berkeluh kesah pada kehidupan. Ragam aktivitas dan keberadaban dipertontonkan, menjadikannya referensi untuk dinikmati bahkan hanya sekedar dilakukan. Kota tidak mengenal satu per satu penghuninya, melainkan hanya menunjukan keeksistensiannya. Kota tidak pernah tidur, melainkan hanya istirahat sejenak dengan mesin yang terus bekerja. Mesin ini bekerja untuk masa depan, tetapi terkadang merusak lingkungan. Teknisi mesin berupa sumberdaya manusia yang bergerak mengikuti perintah dan prosedur yang ketat. Peraturan untuk memaksimalkan kinerja dalam meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan yang semu.
Kota merupakan perlindungan atas legitimasi dan kekuasaan, tidak akan ada seseorang pun yang dapat menyangkalnya. Kota adalah arena bermain kata-kata dan pura-pura tidur dalam kelaparan. Kota adalah tempat penghuninya mengadu nasib, mengadu mimpinya, hingga mempertemukan jodoh. Tidak banyak yang mengetahui bahwa sejarah kota telah melebur dengan misi dan visi perkembangannya. Banyak penghuninya buta terhadap peristiwa masa lalu, tidak peduli terhadap perjalanan sejarah karena hanya melihat masa depan yang mana sesuai arahan pemimpinnya.
Kota merupakan lokasi kejadian yang terekam dan tidak terekam. Telah banyak CCTV dipasang untuk memantau perilaku dan aktivitas penghuninya. Membuat kota kini menjadi penjara yang menyenangkan? Kota telah memberikan ruang untuk tidak dapat lepas dari aturan. Aturan yang seharusnya mengatur menjadi benar-benar memenjarakan. Tidak dengan keinginan untuk semua penghuninya, hanya sebatas keinginan penguasa.
Kota sebenarnya ruang majemuk untuk berbagi pesan dan merekam jejak dari masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Setiap kota memiliki penanda, mencerminkan suatu peradaban yang abadi dan menjadi kunci untuk mendapatkan nilai luhur yang dipercayai. Peradaban merupakan proses yang telah berlangsung lama dan telah melalui banyak penyesuaian dan persetujuan bersama. Tidak banyak yang mengetahui bahwa kota dan keruangannya juga merupakan proses keputusan atas kebutuhan penguasa untuk meninggalkan jejak keagungannya. Hal ini memang tidak berdampak pada keeksistensian kota, hanya saja mempengaruhi interaksi ruang yang bercampur aduk.
Ruang bertransformasi menjadi saksi pemikiran penguasa dari tahun ke tahun, serta tiap pergantian penguasa. Berusaha meninggalkan kesan kebaikan yang dipertanyakan? Apakah ini menjadi pertanda bahwa ruang memalsukan keberadaannya? Ruang kota seharusnya sebagai pertanda dari sekelompok manusia yang tinggal dan menetap dalam waktu yang lama. Setiap penghuninya bekerja dengan masing-masing keahlian dan menjualnya untuk saling melengkapi.
Kota dibawah kepemimpinan penguasa membangun pertahanan melalui aturan dan kebijakan yang disepakati. Apakah hal ini dipastikan tidak menyakiti atau melupakan kehadiran setiap penghuninya? Aturan ini berkembang dengan memastikan setiap penghuni patuh, tetapi diambil alih seseorang yang disebut penguasa ini? Proses pengambil alihan ini memang tidak secara pasti diakui, hanya saja juga merupakan proses yang telah berlangsung lama. Bagi yang tidak setuju dapat dimutasikan atau dilempar jauh dari komunitas tersebut.
---
Ruang di dalam kota akan dibagi-bagi menurut zonasi dan fungsinya. Kota akan memiliki ruang yang lebih spesifik dengan kapasitas yang telah ditentukan. Kota akan memiliki ukuran yang akan terus berkembang, keinginan setiap penghuninya pun terus ikut bertambah seiring bertambahnya jumlah kelahiran (natalitas). Jaringan jalan dan utilitas akan dibangun sesuai kebutuhan, yang seharusnya telah sesuai dengan anggaran yang disepakati. Jaringan komunikasi pun tak lepas dari agenda pengembangan untuk mendekatkan kerabat atau saudara setiap penghuninya di luar perimeter kota. Jaringan komunikasi ini memudahkan dalam tanggap cepat, sehingga tidak akan ada alasan untuk tidak dapat memenuhi kebutuhan berkomunikasi. Keseluruhan jaringan pendukung kota merupakan syarat mutlak untuk membuat kota menjadi ber'arti'?
Meng'arti'kan ruang tentu akan berakhir pada pembuatan label atas ruang tersebut. Akan terdapat klaim atas ruang tersebut bekerja dari dan untuk siapa. Klaim ini digunakan untuk memberikan batasan (teritory) atas wewenang yang sengaja untuk mengatur ruang. Kota dapat diartikan akhirnya sebagai suatu materi untuk menggerakan suatu agenda, yang mana tidak lagi murni berdasarkan zonasi dan fungsinya. Kota seharusnya secara bebas sebagai ruang untuk semua penghuninya? Apakah mungkin kota akan menjadi milik siapapun yang tinggal dan beraktivitas di dalamnya?
----
Dugaan dan Beberapa Pertanyaan di atas merupakan bahan diskusi terhadap klaim atas ruang kota.
Comments
Post a Comment