Bagaimana Seharusnya Berprofesi Dalam Bersikap ?
oleh : YK
Pernyataan dalam segala pertanyaan yang idealis untuk mengungkap jati diri berprofesi sungguhlah sulit. Keidealan hanya sebatas debu yang berterbangan, tidak lagi untuk bersikap wibawa dan adil, melainkan kepentinga sepihak. Dalam bahasan berikut, penulis mengajukan serangkaian "kenyataan yang patut dipertanyakan" dalam berprofesi ? Apakah adil ketika berprofesi menguntungkan pribadi? Berprfesi itu sumpah di mulut atau sumpah di hati?
---
Suatu profesi tidak dapat berdiri sendiri, keseluruhannya merupakan rangkaian saling melengkapi dan menghormati satu sama lain. Keprofesian menjadi jati diri suatu ahli dalam mempertegas posisinya dan berusaha mengkonfirmasi apa yang telah menjadi pengalaman dan pencapaiannya. Keprofesian di bidang tertentu seharusnya tidak menjadikan dirinya paling berkuasa atau dianggap lebih memahami dalam segala hal. Keprofesian mutlak dibutuhkan untuk menjadi bijak dalam berucap, bertindak, dan berperilaku. Berpikir kritis atas suatu masalah, dan tidak selalu menjadikanya masalah sebagai musuh melainkan peluang untuk memperbaiki.
Tidak banyak setiap profesi ditunggangi oleh suatu kepentingan, tetapi kepentingan tersebut sudah menjadi keharusan untuk mampu berkuasa atau justru menguntungkan pribadi tertentu. Memang tidak ada bukti kuat suatu profesi dianggap sebagai "Kuda Trojan", atau bahkan secara sadar mereka meng-iya-kan dengan iming-iming tertentu. Banyak pribadi di luar sana berjanji sana-sini demi mempertahankan posisinya atau bahkan menjadikannya untuk posisi yang lebih tinggi. Terkadang pribadi ini lah yang justru menjadi 'virus' menular.
Dia akan hadir memberikan kesempatan seseorang untuk berkembang, sampai akhirnya di titik tertentu akan dihempaskannya bergitu saja. Ketika 'dia' dengan dalih tidak lagi menyenangkan, tidak mengikuti aturannya, secara sepihak seseornag tersebut akan dianggap tidak kompeten atas dasar subjektif. Pribadi ini tidak akan ragu untuk menghilangkan seseorang yang 'tidak disukainya', pribadi yang dianggap menganggu tujuannya. Hal ini sungguh sangat 'diwajarkan' di dunia keprofesian, bahkan mnejadi tolak ukur seseorang akan menjadi lebih menguasai keprofesian di sekitarnya. Dia akan menjadikannya 'alat' untuk tujuan. Bahkan sebenarnya ini sangat mudah terbaca, tetapi beberapa diantaranya takur untuk bertindak dengan alasan mengamankan dirinya.
Keprofesian bukan hanya sebatas gelar ataupun jabatan, tetapi tanggungjawab atas apa yang selalu dijanjikannya untuk diri sendiri bahkan untuk anggota lainnya. Berkeprofesian tidak selalu didasarkan atas apa yang paling menguntungkan dirinya, tetapi ketulusan dalam bertindak. Tetapi sangat disayangkan semua itu hanya mimpi. Kenyataannya hanya sebatas coretan dalam lembar putih yang lusuh. Telah banyak komitmen digadaikan dengan keuntungan pribadi, bahkan memperkaya cara pandang orang lain terhadap dirinya. Ironisnya, keprofesian tidak lagi menjadi 'ikrar' yang dipertanggungjawabkan, hanya sebatas masalah suka atau tidak suka, berpihak atau tidak berpihak, sudah tidak ada kewarasan dan berpikir jernih, semuanya hanya sandiwara untuk mencapai 'kursi' panas.
Comments
Post a Comment