"Alam Menjadi Pencarian di Tengah Pandemi"

Oleh 

Yudha K Putra



Fenomena 'kembali ke alam' sebagai langkah kampanye (campaign) yang telah dilakukan sejak lama, atau dengan kata lain back to the nature. Alam dan ekosistem telah memberikan kebutuhan untuk dipenuhi manusia yaitu udara untuk bernapas, angin untuk mengeringkan jemuran, panas untuk berjemur, hujan untuk membasahi ladang pertanian, hingga petir yang mengerikan dapat membantu dalam mempertebal lapizan ozon, menjaga kesuburan tanah, serta membunuh bakteri dan kuman di udara. Alam memberikan sumberdaya kepada manusia untuk dapat hidup, tumbuh, dan berkembang biak. Manusia telah diberikan kecerdasan akal dan pikiran untuk mampu memberdayakan segala elemen yang terdapat di lingkungannya. Ide dan inovasi telah diciptakan dengan kemajuan teknologi, memberikan manfaat disegala lapisan kehidupan.

Pandemi covid-19 menyerang dunia tak terasa telah berlangsung hampir mencapai 2 tahun lamanya. Covid-19 tidak hanya menyerang kesehatan, tetapi juga sektor ekonomi, sosial, hingga sekedar 'kesadaran, mental, dan kewarasan' manusia. Manusia hanya diminta diam di rumah saja, dengan protokol yang ketat, dan pembatasan pergerakan manusia di seluruh daerah. Timbul rasa cemas yang berkepanjangan, hingga berada pada titik depresi untuk beberapa kalangan. Perdebatan muncul dari golongan masyarakat ekonomi rendah yang menginginkan perbaikan kualitas ekonomi, masyarakat dengan beraktivitas work from home yang meributkan sebagian masyarakat yang tidak patuh protokol, hingga pemerintah dengan semangat perbaikan kualitas wisata juga ingin menghidupi UMKM dan penggiat wisata untuk mampu bertahan dan menjalankan aktivitasnya agar mencukupi pemasukan daerah masing-masing. 

Langkah yang ditempuh oleh keseluruhannya merupakan respon akibat dari kecemasan, ketidakberdayaan, sampai dengan memanfaatkan situasi agar mampu bertahan. Pemerintah telah membuat regulasi penanganan pandemi dari skala mikro hingga makro, dengan menyikapi kontak interaksi antar manusia hingga antar daerah. Penanganan penanggulangan penyebaran ini menjadi tidak terkendali, disaat sekedar alasan kebosanan 'di rumah saja' pun menjadi alasan untuk susahnya berinteraksi dan mendapatkan penghasilan harian, khususnya untuk profesi pedagang dan penggiat UMKM. Dampak ekonomi terkena dampak terburuk dan sangat terasa mempengaruhi semua lini kehidupan, yang akhirnya memuncak untuk segera terpenuhinya kebutuhan dan pengaruh emosional dan mental.

Kecemasan ini seharusnya menjadi kunci analisis untuk mengetahui seberapa mampu seseorang untuk diarahkan peka atau sensitif terhadap situasi, ketergantungan situasi dengan seberapa sering seseorang diajak untuk cepat berdaptasi dengan lingkungan. Kemampuan beradaptasi seseorang pun, akhirnya diuji kembali dengan serangan virus varian baru 'Delta' covid-19. Lebih banyak dari jumlah yang  terkena dampak ini, banyak yang telah meninggal dunia, sampai kesulitan mendapatkan makanan dan obat. Oknum tertentu pun secara brutal dan tidak bertanggungjawab memanfaatkan demi tujuan politik, bisnis, hingga menimpulkan kepanikan massa hingga panic buying. 

Kondisi ini akan terekam dan menjadi keputusan yang selalu berubah-ubah karena terdapat oknum yang memanfaatkannya dengan buruk. Ketidakpastian menjadi kunci dan nilai yang sangat diperhitungkan. Beberapa orang sebelumnya sangat menikmati berada di pegunungan, laut dan pesisir, hingga sekedar berbelanja sampai window shopping d pusat-pusat perbelanjaan. Sampai akhirnya pemberlakukan PPKM pun tanggal 3 juli 2021 dimulai dengan menutup segala akses menuju fasilitas untuk menghibur diri.  Segala sektor tiba-tiba melumpuh kembali dan tidak berdaya dengan alasan untuk target menahan laju penyebaran covid-19. 

Keminatan pada ruang terbuka dan alam menjadi sarana untuk melepas kepenatan, melepas kerinduan terhadap bebasnya menghirup udara segar tanpa ada rasa takut tertular. Keinginan kembali berkumpul dengan keluarga dan saudara menjadi mimpi yang seharusnya dapat terwujud dengan bersama mengunjungi alam bebas yang memberikan banyak keriangan dengan membaur dengan masyarakat lokal yang saling bertegus sapa, hingga menikmati hasil bumi yang lezat. Pengelolaan ruang dan fungsinya agar tetap pada protokol covid-19 terus dijalankan. Segarnya udara juga diiringi dengan penyegaran pikiran kembali menjadi impian setiap orang. Segala bentuk fasilitas ruang kumpul seperti cafe, coffeshop, taman bermain, hingga penginapan akan segera terisi dengan segala aktivitas banyak orang. 

Para penggiat ruang publik sampai dengan di sektor wisata harus mampu melihat kesempatan ini, harus mampu memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi pengunjungnya. Walaupun memang sangat dibatasi dalam hal kapasitas dan pergerakan. Ruang harus mampu membaur dengan kebutuhan 'kangen'. Kesempatan ini dapat berbentuk aktivitas untuk menyendiri, merenung, ataupun sekedar berbaur keceriaan bersama keluarga secara privat, tidak ramai, dan kerumunan sebatas 5-6 orang yang mewakili luasan tertentu. Ruang ini pun tidak hanya membatasi pergerakan mereka untuk menjelajahi melalui beragam pengalaman yang disajikan, tentunya tetap dalam koridor 

Sesuatu yang dapat dimunculkan dengan sangat sederhana ataupun lebih modern menjadi cita rasa yang ditawarkan untuk menghasilkan ingatan masa yang ingin dikenang oleh pengguna nantinya. Ruang yang dirindukan dari aktivitas berkumpul, tetapi mendekatkan dan membuat intim penggunanya, sangat dinantikan dan perlu dihadirkan ke dalam konsep pengelolaan wisata dan sebagainya. Tidak perlu yang mencampuradukan fungsi ruang, hingga akhirnya akan menaikan nilai investasi atau modal di awal, yang mana kondisi saat ini juga diikuti dnegan krisis global dan melemahnya nilai tukar rupiah. Semangat masyarakat untuk memajukan daerah dan kualitas ekonominya, akan selalu diikuti dengan peningkatan kualitas mentalnya, yang akan menghindarkannya dari potensi stres. 

Kemunculan ide kreatif untuk mendayagunakan potensi alam dan panorama menjadi dinantikan oleh banyak orang. Masih ada kalangan yang terlalu khawatir, tetapi ada juga yang berterus terang tidak memperdulikan kondisi pandemi ini. Mereka ingin adanya kemudahan untuk melepas kepenatan selama pandemi ini berlangsung. Terutama karena terbatasnya akses sampai dengan memunculkan rasa aman. Kesempatan ini juga diikuti dengan kesadaran untuk sama-sama bertoleransi. Kesadaran ini juga harus mampu menggugah rasa penasaran untuk menelisik jauh di kehidupan di luar perkotaan. Telah banyak para penggiat alam yang didasarkan atas gaya hidup sampai dengan hobi membaur untuk mendapatkan ingatan yang memorable karena hidup yang hanya sekali untuk dinikmati sendiri atau bersama yang terkasihi. 

   




     

Comments

Popular Posts