" Menakuti atau Ditakuti "
Pandemi ini telah berjalan 1 tahun lebih lamanya, kita sebagai masyarakat hanya dapat menyalahkan dan membiarkan. Menyalahkan pemerintah yang seringkali tidak konsisten pada apa yang telah dilarangnya, dan melakukan ketidaksiapan dan ketidaksigapan dalam menanggulangi bencana pandemi ini. Membiarkan lainnya kelaparan dan hidup dibawah tekanan kehidupan ynag terus menerus membutuhkan pertolongan untuk dapar meneruskan hidup yang hanya sekali ini.
-
Hidup seperti sebelumnya tidak menyenangkan, apalagi hidup selama pandemi korona ini pun menjadi semakin tidak menyenangkan. 'Menyalahkan' bukanlah solusi, lama kelamaan mereka pun tidak cukup benyak membantu di semua lini, karena mereka juga punya banyak keterbatasan. Membatasi tidak menjadi solusi yang praktis, tetap saja dihantui rasa untuk tidak tertular pada virus yang terus bermutasi. Hal terbaik untuk menuntaskannya yaitu dengan mengubah gaya hidup kita. Tidak yang selalu membatasi, tetapi lebih ke menyesuaikan. Menyesuaikan diri untuk 'kembali ke alam', meyakini bahwa ala adalah solusi terbaik untuk hanya dapat bernapas segar.
-
Terus menerus menganggap bahwa pandemi ini akan berakhir menjadi sesuatu yang sia-sia, selama kita tidak fleksibel untuk menghargai lingkungan di sekitar kita. Sampah menjadi petaka bagi lingkungan yang akan menimbulkan penyakit. Tubuh yang tidak sehat dengan asupan makanan yang cukup memberi kita imun yang rendah dan menjadi semakin tidak berdaya. Perasaan kita hanya sebatas 'kondisi ini akan segera membaik?', tetapi tidak akan pernah dapat dipastikan. Peraturan demi peraturan terus saja melucuti ketidakberdayaan dan memberikan penderutaan bagi si miskin.
-
Menanggapi hal ini tidak bisa dianggap sebelah mata, mereka terus mendesak untuk masyarakat melakukan 'kepatuhan' dengan dibayang-banyangi rasa ketakutan tanpa solusi yang jelas. Kita hanya saja melupakan ruh bawah sadar kita untuk memberikan penghargaan ke alam yang telah menyediakan segala sumberdaya. Rasa syukur kita sampai dengan hari ini adalah menikmati ketakjuban keindahan yang mulai terlupakan dan menghirup udara yang belum dilabel untuk diperjualbelikan. Udara itu pemberian dari Maha Pencipta, kita hanya tinggal menikmatinya tanpa ragu. Gerakan kembali ke alam tentu saja memberikan banyak arti dengan tidak semena-mena mengeksploitasi untuk kepentingan komersial saja.
-
Alam hanya takut jika kita merusaknya dengan sampah yang sulit terurai, eksploitasi yang berlebihan. Sampah dihasilkan setiap harinya dan dalam hitungan detik dengan beragam jenisnya. Kita terus menerus menikmati kerusakan ini. Menemukan tentang arti hidup dengan tinggal menyatu di dalamnya, merasakan setiap pergantian waktu tanpa takut untuk melupakannya. Pengalaman menajdi sangat berharga, ketika kita tidak pernah 'menyudahinuya'. Teruslah hidup bahagia, sampai kita merasa kebahagiaan itu tidak akan pernah terenggut.
Comments
Post a Comment