M E M I M P I K A N H I D U P ? - 02
CHAPTER 2
Pernyataan dan Pertanyaan
I. Teman yang tidak Bersahabat
Kenapa kita harus
memulai dari kata ‘teman’, disinilah sebenarnya peran dan fungsinya bisa
menjadikan kita akan menjalani hidup seperti apa. Bagaimana menyikapi perbedaaan
dan dalam jangkauan apa kita melakukan pertemanan? Bereaksi terhadap perbedaan dan membuatnya serasa
memiliki tujuan yang sejenis. Pertemanan tentu akan mengubah sudut pandang kita.
Tinggal kita mau dipengaruhi atau justru mempengaruhi. Hal ini akan menjadikannya kebiasaan, mudahnya memilih
teman tidak semudah yang kita kira. ‘Kebiasaan’ dapat kita mulai dari seberapa
banyak kita memulai dengan siapa pertemanan dan bagaimana cara kita berteman
dengannya. Kata ‘kebiasaan’ cenderung mengarah ke tindakan yang dilakukan
berkali-kali dan berulang-ulang.
Ber-teman
mengartikan keinginan kita untuk menjalin hubungan yang sebenarnya. Tidak ragu atau
bahkan terlalu merasa was-was. Sekrang kita coba kembali ke kondisi kita tidak
memiliki informasi apapun tentangnya, sehingga kita lebih menjadi leluasa. Kenapa harus ada istilah ‘sebenarnya’? yup, dari
sinilah kita bisa mengartikan suatu hubungan pastinya memiliki arti dan maksud.
Bagaimana
dan seperti apa ‘berteman’ yang
dianggap ‘benar’. Pertanyaannya yaitu apakah berteman juga dapat menjadi salah
?
Sering kita mendengarkan atau membaca berbagai motivasi tentang arti
pertemanan. Menjadikan kita mengarah ke pemahaman yang mereka inginkan. Jadi
semakin tidak asli dengan yang seharusnya kita temukan dalam pertemanan. Pada akhirnya,
seperti sengaja menghubungkan antara pertemanan dan cara menjalani
hidup, misalnya :
Temanmu adalah investasimu
Menginvestasi pada orang yang
salah
Membuatmu salah menata hidup
-Jeni Karay dari jenikaray.com-
“Punya jutaan teman itu bukan hal
hebat
Tapi punya satu teman yang tetap
berada di samping kita
Menghadapi jutaan orang, itu baru
hebat”
-Tere Liye-
Kata-kata seperti
ini tidak salah, atau bahkan penulis juga beranggapan hal ini memang benar-benar terjadi dan dialami oleh penulis tersebut atau sekedar pendapatnya. Penulis yakin kata ‘teman’ mengartikan cerminan diri
kita dan cara kita mengambil keputusan, bukan ke’putusasaan’, yang mana kita
malah dianggap mengemis untuk berteman.
“I said no, It’s not just about Friendship
but Integrity” ujar penulis.
Apabila kita
menunjuk pada kata ‘integritas’ (integrity)
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menunjuk pada /in·teg·ri·tas/ n, keadaan yang mutu, sifat, atau keadaan
yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan
yang memancarkan kewibawaan atau kejujuran. Tradisi cara berteman syarat dengan
memilih siapa yang tepat untuk diajak berteman. Berteman bukan berarti kita
akan tahu semua urusan tentang ‘aku dan dirinya’, tetapi untuk menghormati
perbedaan.
Penulis
menyayangkan ketika didalam suatu komunitas, terdapat kondisi yang terlalu
dianggap jelek tanpa dikonfirmasi kebenarannya. Bahkan terdapat kondisi yang
dianggap tidak sepaham akan dijerumuskan ke dalam keadaan ‘harus meminta maaf’
dan bahkan diolok-olok (dikebiri/dipermalukan) di dalam komunitas tersebut.
Sangat memalukan yang terjadi di jaman sekarang, dimana sekedar perbedaan apa
yang diyakini, atau bahkan mengingatkan/menyanggah kondisi yang dianggap salah
dengan celaan atau menghina. Mungkin akan ‘benar’ dimata mereka, tetapi akan
sangat salah jika kamu mengoreksi dirimu sendiri ketika membuat ‘sanggahan’.
Saat ini, orang berlomba-lomba menyatakan dirinya ‘benar’, tetapi sayang dan
menyedihkan mereka melupakan ‘etika’. Terkadang miris datangnya dari orang yang
dianggap dewasa, berpendidikan, dan mengaku bijak.
Kondisi ini tidak membuatnya salah seluruhnya, bahkan ada yang nyata-nyata
berbuat salah sampai akhirnya menganggap dirinya benar. Kejadian itu terus
dilakukan berulang-ulang sampai yang lainnya dibuat untuk ‘memaklumi’.
Nyatanya, ada yang memposisikan tikda peduli pada apa yang salah bahkan benar
sekalipun. Apakah ini salah? tentu tidak, hanya saja perlu melihat waktu yang
tepat.
Fakta atau fantasi
tetapi itulah kenyataan bahwa pertemanan bukan sekedar aku dan kamu. Terlalu
lama mengambil keputusan dalam pertemanan akan menyadarkan diri terhadap sikap
‘arogansi’ cara berteman. Berlebihan cara menyikapinya pertemanan,
lama-kelamaan temanmu justru akan melihat kesempatan. Kesempatan itu lebih
tepatnya dengan mengenalkan istilah ‘memanfaatkan’. Hal ini benar apa adanya,
pertemanan akan menjadi bumerang kalo kita lengah.
Arogansi
pertemanan akan muncul seiring dengan berpura-pura dekat atau bahkan
seakan-akan mengenal satu sama lain. Penulis mengungkap bahwa pertemanan akan
dianggap kebutuhan yang sepele, atau bahkan disekelilingmu terus menerus
mencoba membohongimu agar dia dianggap setia dengan dalih pertemanan. Sebenarnya
sah-sah saja jika dianggap memanfaatkan, pertanyaannya : memilih teman sulit
atau mudah ? Jujur saja ya kalian untuk menjawabnya.
Comments
Post a Comment